Pigura dan Foto
Kamis, 04 Desember 2008 by @ ini @
Hari ini, kukembalikan cincin pengikat itu. Pertanda tak ada lagi kisah di antara kita. Aku tahu kau melakukan semuanya karena terluka. Terluka atas diriku yang tak mengerti semua ini, tentang ‘kekosongan’ yang selalu kau dendangkan. Bukan karena sebuah permainan, tetapi lebih pada takdir yang kita lukis sendiri.
Aku percaya saat rahim membendung kita, Tuhan telah menentukan jalan yang akan kita tempuh di depan nanti. Sayangnya, mungkin kita telah sedikit melencengkan arah jalan itu pada masa lalu, hingga kita pun memperbanyak foto perjalanan ini.
Dan sekarang, ketika teguran itu datang, kita hanya bisa sama-sama berharap semua perjalanan yang kita rekam dalam foto-foto itu hanyalah sebuah mimpi yang singgah dalam tidur malam kita.
Dan esok, ketika kita sama-sama bertemu dengan embun dan terbangun dari tidur yang telah mengejawantahkan banyak makna hidup dan cinta ini, kita akan mendapati diri kita tersenyum, tanpa merasakan adanya beban bila kenangan perjalanan itu datang kembali dan menjelma sebagai sosok anggun yang dapat melemahkan hati kita kembali.
Ya, mungkin sebentar lagi mimpi-mimpi perjalanan itu akan terbingkai dalam pigura foto di relung-relung hati kita. Kapanpun kita dapat memandangnya dengan berbagai perasaan yang mungkin membawa kita pada angin-angin yang telah terbawa kabut tak tentu arah, namun takkan pernah bisa mengabur dari hidung kita.
Mungkin pada akhirnya semua hanya akan nampak sebagai foto yang terpajang, yang merekam masa lalu kita, yang hanya dapat kita peluk sebatas pigura. Pigura yang tak bernyawa, tak bergerak, namun menghidupkan yang telah mati dalam kenangan.
Mungkin kau benar, kita hanya perlu menyimpan foto itu di sebuah bingkai pigura yang indah. Aku hargai pendapatmu. Tapi, tak semudah itu menempelkan foto yang selama empat tahun ini bernafas, ke dalam bingkai pigura. Karena itu berarti mati.
Aku sadar suatu hari mungkin keusangan foto itu akan membawa tusukan pada jantung-jantung kita yang terlanjur menghitam. Namun, kita juga tak pernah tahu seandainya di depan nanti, Tuhan mengembalikan jalan yang sempat kita usik pada arah yang ditakdirkan. Dan ketika waktu itu datang, kuharap kita akan menemukan takdir kita masing-masing.
27112008_20.03
Aku percaya saat rahim membendung kita, Tuhan telah menentukan jalan yang akan kita tempuh di depan nanti. Sayangnya, mungkin kita telah sedikit melencengkan arah jalan itu pada masa lalu, hingga kita pun memperbanyak foto perjalanan ini.
Dan sekarang, ketika teguran itu datang, kita hanya bisa sama-sama berharap semua perjalanan yang kita rekam dalam foto-foto itu hanyalah sebuah mimpi yang singgah dalam tidur malam kita.
Dan esok, ketika kita sama-sama bertemu dengan embun dan terbangun dari tidur yang telah mengejawantahkan banyak makna hidup dan cinta ini, kita akan mendapati diri kita tersenyum, tanpa merasakan adanya beban bila kenangan perjalanan itu datang kembali dan menjelma sebagai sosok anggun yang dapat melemahkan hati kita kembali.
Ya, mungkin sebentar lagi mimpi-mimpi perjalanan itu akan terbingkai dalam pigura foto di relung-relung hati kita. Kapanpun kita dapat memandangnya dengan berbagai perasaan yang mungkin membawa kita pada angin-angin yang telah terbawa kabut tak tentu arah, namun takkan pernah bisa mengabur dari hidung kita.
Mungkin pada akhirnya semua hanya akan nampak sebagai foto yang terpajang, yang merekam masa lalu kita, yang hanya dapat kita peluk sebatas pigura. Pigura yang tak bernyawa, tak bergerak, namun menghidupkan yang telah mati dalam kenangan.
Mungkin kau benar, kita hanya perlu menyimpan foto itu di sebuah bingkai pigura yang indah. Aku hargai pendapatmu. Tapi, tak semudah itu menempelkan foto yang selama empat tahun ini bernafas, ke dalam bingkai pigura. Karena itu berarti mati.
Aku sadar suatu hari mungkin keusangan foto itu akan membawa tusukan pada jantung-jantung kita yang terlanjur menghitam. Namun, kita juga tak pernah tahu seandainya di depan nanti, Tuhan mengembalikan jalan yang sempat kita usik pada arah yang ditakdirkan. Dan ketika waktu itu datang, kuharap kita akan menemukan takdir kita masing-masing.
27112008_20.03